Sabtu, 02 November 2013

Bangga , Ayahku Seorang Buruh

Bismillahirrohmanirrohim.

Assalmu'alaikum,

aku ingin bercerita
bercerita tentang ayahku dengan pekerjaannya

seminggu ini timeline sosial mediaku tidak sedikit yang membahas tentang fenomena para buruh yang menuntut gaji 3,7 juta
lalu , aku langsung peduli? tidak !
aku tidak pernah mengomentari gaji profesi A , profesi B, profesi C
sekalipun yang ramai di bahas itu profesi ayahku, karena sepertinya suasana dirumah anteng-anteng aja dengan fenomena tersebut

Namun kamis malam aku sudah mulai gerah dengan beberapa postingan di timeline sosial media, yang menurutku bukan postingan yang layak di post oleh orang-orang yang katanya lebih berpendidikan dari pada seorang buruh.
saataku membuka laptop dan sosial media di ruang tamu, ayah, ibu, dan adik-adikku lengkap berkumpul, dan jelas mereka juga mengetahui apa yang sedang aku lihat.
tahukah kawan apa reaksi ibuku?
"lho, itu temenmu ka? ko bahasanya gitu? apakah cara mahasiswa mengkritisi seperti itu? engga kan ka?"
aku hanya diam
dan tahukah kawan apa reaksi ayahku?
beliau hanya senyum, "ga apa ka..............."
aku makin diam karena takut mengecewakan beliau
namun setelah itu beliau malah mengungkapkan pendapat tentang buruh itu siapa, kelas-kelas atau level buruh, sudut pandang perusahaan besar seperti krakatau steel, sudut pandang perusahaan milik pribadi/personal dimana seperti tempat ayahku bekerja, bahkan ayahku juga mengungkapkan bagaimana jika posisi beliau menjadi seorang pemilik perusahaan yang memikirkan biaya produksi, harga material, keputusan yang akan diambil, dan lainnya. saat itu di dalam hatiku bilang "Ayahku memang buruh, tapi pemikirannya tidak kalah dengan seorang pemilik perusahaan"

kawan tahukah kalian,
ayahku memilih menjadi buruh,
karena jenjang pendidikan beliau tidak memungkinkan untuk bekerja lebih dari itu, dan sejauh ini pekerjaan tersebut masih menghasilkan nafkah yang halal untuk keluarganya
ayahku sudah menjadi buruh belasan tahun,
tapi beliau tidak pernah mengeluh dengan mata pencariannya untuk menghidupi seorang istri dan 3 orang anaknya dengan keadaan "cukup"
ayahku sudah menjadi buruh belasan tahun,
tapi ayahku ridak pernah mengeluh dengan hasil (gaji) yang beliau dapat, bahkan selalu mengajari ibuku untuk mengatur uang serta mengajari kami anak-anaknya untuk saling mengerti dan memahami keadaan keluarga
ayahku sudah menjadi buruh belasan tahun,
tapi beliau tidak pernah menuntut sesuatu apa yang bukan menjadi haknya
ayahku sudah menjadi buruh belasan tahun,
beliau tidak pernah ikut demo buruh, bukan karena tidak mau capek, tapi beliau masih merasa "cukup" dengan apa yang beliau dapat
ayahku hanya menjadi seorang pekerja buruh pabrik,
tapi beliau selalu berusaha memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya di sekolah terbaik, hingga saat ini aku bisa berada di sebuah universitas negeri terbaik di Indonesia

bahkan kawan,
aku ingat sekali Desember 2010,
ayahku sempat menjadi korban PHK bersama rekan-rekan seluruh buruh di pabrik tempatnya bekerja, bukan karena kesalahan beliau, lagi-lagi karena pihak yang selalu menuntut perihal kenaikan upah.
tapi tahukah kawan,
ayahku tidak kesal bahkan marah, ayahku menjelaskan kepada ibu dan aku sebagai anak paling dewasa untuk memahami keadaan, bahwa keputusan yang diambil oleh pemilik perusahaan adalah keputusan terbaik, dan yang paling penting adalah menjelaskan kepada ibu dan aku bahwa Allah sayang kepada kami, dengan memberi ujian yang pasti masih sesuai dengan kemampuan kami.

kawan,
aku tidak mempedulikan masalah tuntutan buruh tentang upah 3,7 juta perbulan, aku juga tidak menyatakan posisi diriku yang pro dan kontra
yang aku pedulikan adalah bagaimana kita harus bersikap. aku berharap kita bisa sedikit mengargai
dengan cara bagaimana kita berpendapat, bagaimana kita berbicara, dan bagaimana kita bersikap. dengan tidak mengeneral suatu golongan. karena pada kenyataannya tidak semua buruh bertingkah laku seperti itu.
jangan membandingkan segala sesuatu dengan diri kita, namun bagaimana kita harus belajar bersyukur dengan keadaan :)

ini pesan ayah dan ibuku :
"gpp ka, ayahmu berpendidikan rendah, bekerja kasar menjadi buruh, tapi cukup ayah saja, selanjutnya anak dan cucu-cucu ayah tidak mengalami hal yang sama. makanya ayah usaha memberikan pendidikan terbaik untuk kalian, agar generasi selanjutnya jauh lebih baik"

maaf kawan, tulisan ini hanyalah pelepas kegundahan hati hari ini, maaf jika kurang berkenan.
aku hanya ingin bercerita betapa bangga aku menjadi seorang anak dari seorang ayah yang bekerja menjadi buruh :)

wassalamu'alaikum wr.wb

Depok, 1 November 2013

Dewi Setiawati